Halaman

Minggu, 31 Maret 2013

Kisah Korban Tragedi Poso

Sumber Kesaksian: Nice Lingkeka, Hederita Rongkombulu, Nimu Wadenda
Tragedi berdarah yang menyayat kalbu kembali terulang di Poso. Kasus pembantaian tragis terhadap 3 siswi SMA di Poso Oktober lalu, meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarga mereka. Sampai hari ini, foto berbingkai dari Theresia, Yarni, dan Alvita masih terpasang di makam.

Hari itu, Sabtu 29 Oktober 2005, sekitar pukul 06.30 waktu setempat, ketiga gadis remaja ini dan Noviana, berangkat bersama ke sekolah mereka di SMU gereja Kristen Sulawesi Tengah, di kota Poso. Saat berjalan menyusuri jalan setapak dan menuruni bukit bambu yang disebut buyung-buyung, tiba-tiba sekelompok pria menghadang dengan parang di tangan dan mengepung mereka. Noviana, satu-satunya yang berhasil meloloskan diri dari mereka, pipi kirinya robek terkena tebasan parang. Kini dia menjadi satu-satunya saksi hidup yang masih dicengkeram trauma.

Setelah peristiwa itu, orang tua para korban menjadi sorotan massa. Pertanyaan demi pertanyaan seakan tak pernah berhenti. Semua pihak turut bersimpati, tetapi semua itu tidak dapat mengembalikan Theresia (16), Yarni (15), dan Alvita (19) ke pangkuan mereka. SOLUSI mengundang orang tua ke tiga korban ke studio. Satu persatu mereka menceritakan kenangan tentang anak mereka.

Nice Lingkeka (Ibu Alvita): Dia itu yang paling memperhatikan saya, menyiapkan air untuk mandi dan makanan saya. Dia senang berkumpul, bercerita lucu dengan teman-temannya, dia senang melihat teman-temannya tertawa. Kemana saja dia pergi, dia cepat mendapat teman. Sabtu malam dia selalu menyiapkan lagu untuk dinyanyikan di gereja hari minggunya… Sedangkan Yarni, dikenal sebagai anak yang sederhana, ramah, dan berbakti pada orang tua. Sikapnya yang santun dan ramah membuatnya disukai guru dan teman-temannya. Dia juga termasuk anak yang cerdas dan berprestasi di sekolah.

Hederita Rongkombulu (Ibu Yarni): Setelah makan dia bantu cuci piring, menyapu, cuci pakaian, bantu-bantu di dapur… Apa yang saya katakan, dia selalu ikut, tidak pernah dia membantah…
Sepeninggal Yarni, Hederita bermimpi melihat dua teman putrinya berdiri di depan pintu. Dalam mimpi itu dia berpikir seandainya Yarni masih hidup, dia pasti berdiri di situ bersama teman-temannya. Lalu dia melihat Yarni yang sedang tidur, terbangun. Dia berkata, “Nak, kamu kan sudah meninggal.”. Tapi Yarni bilang, “Tidak, mama jangan sedih, mama jangan menangis. Saya tidak mati, saya hanya tidur dengan nama Tuhan.”
Sementara itu Theresia, putri yang paling disayangi oleh ibunya, dikenal sebagai anak yang ramah dan murid yang baik di sekolahnya.

Nimu Wadenda (Ibu Theresia): Dia bilang ingin melanjutkan sekolah, saya bilang bagaimana kalau saya tidak mampu, kamu kasihan. Katanya doa saja mudah-mudahan Tuhan buka jalan supaya mama bisa menyekolahkan saya dan saya bisa menyenangkan mama di kemudian hari… Kalau saya kasih uang jajan lebih ke sekolah, dia kembalikan lagi… Itu anak satu-satunya tumpuan harapan…
Sebelum tragedi ini terjadi, Alvita sempat menulis syair lagu yang rencananya akan dia nyanyikan keesokan harinya di gereja. Inilah syair tersebut:

Inilah kami Tuhan, yang datang kepadaMu
Di kaki salibMu kami berserah
Tuntunlah kami Tuhan ke jalan yang Kau kehendaki
Bawalah kami, angkatlah kami ke jalan yang benar Tuhan
Marilah kita semua angkat puji bagi Dia
Jangan ada di antara kita hidup saling membenci
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
Itulah yang pertama dan yang terutama
Dalam syair yang dibuat oleh Alvita, sebenarnya ada pesan Tuhan untuk kita, yaitu kita harus saling mengasihi antara satu dengan yang lain, dengan cara datang kepada Tuhan, dan minta anugrahNya, karena Tuhan adalah kasih. Selain itu mereka juga menyampaikan pesan kepada pelaku pembunuhan putri-putrinya:

Nice Lingkeka: Kami mendoakan pelaku-pelaku itu, supaya Tuhan mengampuni segala perbuatan yang jahat itu. Dan biarlah Tuhan mengubah pikiran-pikiran yang jahat itu supaya di kehidupan ke depan ini dia tidak akan berbuat seperti itu lagi, supaya kota Poso bisa aman.

Nimu Wadenda: Kami berdoa, terhadap pelaku-pelaku, supaya kami dapat mengampuni mereka, sama seperti Tuhan mengampuni kami. Jadi semuanya ini hanya kami serahkan ke dalam tangan Tuhan.

Hederita Rongkombulu: Kami mendoakan mereka, agar Tuhan Yesus mengampuni mereka.
Mereka telah membuat suatu keputusan yang sulit diterima logika manusia, yakni melepaskan pengampunan bagi orang yang telah merenggut nyawa anak-anak mereka. Bagaimana dengan anda? Dengan mengasihi dan mengampuni, akan membuka pintu anugerah Tuhan. Sebab apa yang kita tabur, akan kita tuai. Dengan menabur kasih dan pengampunan, kita juga akan menuai kasih dan pengampunan dari Tuhan. Ini yang membuat hidup anda diberkati.


“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:43-45)

Mahalnya Air Mata.

Kesaksian yang mengharu-biru dari Pdt Samuel Irwan. (100% Kisah Nyata)

Lesu aku karena mengeluh, setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.
(Mazmur 6:7)

Yaah…. air mata identik dengan masalah, kesesakan dan kesedihan hati.
Kita sering mengasosiasikan orang yang sedang menangis sebagai orang yang sedang menderita, walaupun ada juga air mata bahagia…, karena saking terharunya atas suatu peristiwa yang membahagiakan hati.
Tapi memang lebih banyak air mata keluar dikarenakan penderitaan.

Bani Korah menuliskan mazmur yang menunjukkan kesesakan hatinya,
Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku, “Di mana Allahmu?”
(Mazmur 42:4a)
sampai-sampai air mata terus mengalir tiada henti-hentinya…
Masyarakat sering menganggap orang yang mudah menangis adalah orang yang lemah hati, bahkan ada ajaran tak tertulis “Anak laki-laki sejak kecil harus diajarkan tidak boleh menunjukkan air matanya di depan orang lain”, karena terkesan lemah dan tidak jantan…

Sampai suatu hari untuk pertama kalinya…. yaaah untuk pertama kalinya saya menyadari, ‘betapa beruntungnya saya masih punya air mata’.
Betapa beruntungnya teman-teman , karena teman-teman masih bisa menangis…..
A MAN WITHOUT TEARS
Suatu kesaksian yang mengharu-biru dari Pdt Samuel Irwan.
Beliau pernah terkena penyakit kulit maha dahsyat yang sekarang meninggalkan jejak di matanya. Tidak bisa menangis lagi karena kelenjar air matanya sudah mampet akibat penyakit yang dialaminya.
Melihat penampilan beliau ketika berkotbah, sepintas tidak ada perbedaan dengan orang lain pada umumnya, kecuali mata yang kelihatan agak basah …

Menelusuri kesaksiaannya, jelas sekali panggilan beliau adalah sebagai hamba Tuhan.
Samuel Irwan, sejak umur 14 tahun sudah melayani Tuhan, dan setahun kemudian sudah menjadi pengkhotbah cilik. Setamat SMA, Samuel Irwan melanjutkan pendidikan di Sekolah Theologia STT Tawangmangu.
Di sekolah inilah Samuel Irwan mengalami pembentukan karakter lebih lagi, dan sebelum lulus Samuel Irwan bernazar, kelak akan melayani Tuhan sepenuh waktu, di manapun Tuhan akan mengutus dan menempatkannya.
TEMPAT MULAI MENJALANI NAZAR
Setelah lulus dari STT Tawangmangu, tahun 1993 Samuel Irwan menjalani masa praktek dan ditempatkan di Kecamatan Mangkupalas, Samarinda, Kalimantan Timur.
Di tempat inilah ia mulai menjalani kehidupan sebagai hamba Tuhan sepenuh waktu. Semua dijalani dengan sukacita dan penuh semangat walaupun harus meninggalkan kehidupan nyaman di Surabaya dan menjalani kehidupan yang berat di Kalimantan dengan persembahan kasih yang sangat kecil.
Hanya Rp 80.000 per bulan.
Tinggal di rumah yang sangat sederhana, banyak tikus berkeliaran, mengepel rumah, mencuci pakaian dan piring di parit, membersihkan gereja, melayani sebagai pengerja di gereja adalah kegiatan yang dijalaninya hari demi hari. Tidak terasa sudah dijalani selama 2 tahun.
MERALAT NAZAR
“Bagaimana saya bisa berumah tangga dengan kehidupan ekonomi yang minim seperti ini?
Mana ada yang mau jadi istri saya?
Mana ada orang tua yang mau memberikan anak perempuannya kepada saya?
Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya?”

Berbagai pertanyaan dan keluhan mulai menyesakkan hatinya di tengah-tengah kerinduan untuk mulai membina rumah tangga. Dan hatinya memang sudah mulai terpaut dengan seorang gadis cantik yang dikenalnya di pertandingan vocal group di sebuah gereja di Samarinda.
Samuel Irwan mulai memikirkan untuk tidak lagi menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu. Apalagi banyak testi anak-anak Tuhan yang sukses dalam pekerjaan tapi juga tetap setia melayani Tuhan, membuat ia memutuskan berhenti jadi fulltimer dan mulai melamar pekerjaan sekuler.
Ketika gembala sidang bertanya tentang nazarnya, Samuel Irwan berkata,“Saya meralat nazar saya.”
Airmata dan perkataan gembala sidang, “Gereja memang nggak bisa memberikan gaji besar, tapi Tuhan mampu pelihara hidupmu…..” tidak mampu menghentikan tekad Samuel Irwan untuk berhenti jadi fulltimergereja.

Berbekal ijazah SMA, kemampuan komputer dan Inggris, tahun 1995, Samuel Irwan diterima bekerja di sebuah perusahaan kayu. Benar-benar mulai dari posisi bawah , hanya sebagai operator radio.
Karena keuletannya dalam bekerja dan kemampuannya di bidang komputer, hanya dalam waktu 5 bulan ia diangkat menjadi kepala produksi log di perusahaan kayu itu.
Berkat finansial mulai mengalir dengan deras sehingga bisa mengontrak rumah, membeli perabotan, sepeda motor membuatnya yakin berada di trackyang benar.

Menikah dengan Erna S. Tjandra, di tahun 1996 dan dikaruniakan seorang putri setahun berikutnya membuat kebahagiannya semakin lengkap. Kedudukan tinggi di perusahaan, punya istri, anak, rumah, kendaraan.
What else could make him happier?
Kalau dulu saat ingin bekerja di dunia sekuler, Samuel Irwan berkata kepada Tuhan, akan melayani Tuhan sambil bekerja, sekarang keinginan melayani sudah tidak prioritas lagi.
Peringatan dari hamba-hamba Tuhan yang mengingatkan akan nazarnya tidak diindahkan.
Sampai…….  
STEVENS-JOHNSON SYNDROM (SJS)
2 Januari 1998, Samuel Irwan merasakan keluhan masuk angin, demam, tenggorokan sakit dan mata merah. Sepertinya sakit biasa. Berobat ke dokter mata, dan diberikan paracetamol untuk menurunkan demam. Keesokan harinya, ternyata demam tidak kunjung turun juga, malah mulai timbul bintik-bintik merah pada lengannya. Telapak tangan dan kaki terasa sakit dan nyeri jika memegang atau menginjak suatu benda keras.

Berinisiatif sendiri untuk pergi ke dokter umum dan diresepkan obat pembunuh virus Zoter 400mg karena menurut diagnosa dokter ia terkena infeksi virus ditambah dengan obat penurun panas. Samuel tidak menceritakan kepada dokter umum itu bahwa ia juga diberi beberapa jenis obat oleh dokter mata. Selain itu ia juga membeli beberapa obat flu bebas dan jamu, apa saja yang menurut pengetahuannya bisa menyembuhkan gejala-gejala yang dialaminya.
Setibanya di rumah, Samuel Irwan meminum semua obat dari kedua dokter tersebut, ditambah obat bebas yang dibeli sendiri, semua dengan dosis yang tertulis, karena ingin cepat sembuh.

Akibatnya sungguh mengerikan karena mencampur sendiri beberapa jenis obat tersebut.
Bintik-bintik merah itu mulai melepuh dan gosong, dan mulai merambat sampai ke dada, tengkuk, leher, muka dan kondisi mata semakin memburuk, semakin merah. Kerongkongan, rongga mulut dan lidah juga melepuh.
Tidak cukup sampai di situ, kondisi ini semakin tambah parah karena di kulit seperti ada air dan nanah yang membusuk.

Dirujuk ke RS di Samarinda, 7 Januari 1998 Samuel Irwan menjalani rawat inap.
Salah seorang anggota tim dokter yang menangani, seorang dokter kulit mengatakan bahwa Samuel Irwan mengidap penyakit Stevens-Johnson Syndrome (SJS) stadium 3.
Kondisi tubuh Samuel Irwan saat itu seperti orang yang terkena luka bakar 80%. Semua bagian tubuh tidak ada yang terluput; melepuh, gosong, dan bernanah, dari kepala sampai ujung kaki, kecuali paha dan betis.
DI BATAS AKHIR KEKUATAN
Samuel Irwan mengingat masa itu, “Kalau sedang tidur dengan posisi miring, dan tidak hati-hati dan pelan-pelan menggerakkan wajah ke posisi lain, maka kulit muka akan tercuil dan lengket di seprei. Pediihhh sekali…..”
Demam juga tidak kunjung turun, sampai 42 derajat Celcius, sehingga kalau sedang menggigil ranjang bergoncang dengan kerasnya seperti sedang gempa bumi. Harus dimasukkan ke ruang isolasi, bukan karena SJS ini adalah penyakit menular, tetapi karena takut penyakit pasien lain menular kepada Samuel Irwan yang dapat memperburuk keadaannya.

Suatu hari mata yang selalu merah itu seperti kelilipan dan Samuel meminta suster untuk menyiram matanya dengan boorwater. Ketika bangun tidur, bukannya jadi baikan, ternyata malah kedua belah mata jadi putih semua, seperti ditutupi kertas HVS putih.
Samuel Irwan sangat marah kepada para dokter dan suster yang merawatnya.
Dan juga sangat marah kepada Tuhan, “Tuhaaaan….. saya butuh mata ini untuk bekerja…..”
Saat di batas akhir kekuatannya, saat mata tidak lagi bisa dipakai untuk melihat, Samuel Irwan minta pengampunan kepada Tuhan.
HE JUST WANTED ME TO TURN BACK TO HIM
Dokter di Samarinda semuanya sudah angkat tangan dan merujuk Samuel Irwan ke rumah sakit di Surabaya. Malam sebelum keberangkatan ke Surabaya, Samuel Irwan menyadari panggilannya kembali.
Ia memanggil gembala sidangnya yang dulu, untuk berdoa minta ampun karena lari dari Tuhan.
Saat itu Samuel Irwan berjanji jika Tuhan masih beri kemurahan untuk hidup maka ia akan melayani Tuhan sepenuhnya kembali.

Dengan bantuan seorang gembala GBI di Samarinda, Samuel Irwan dibawa ke Surabaya.
Kondisi Samuel saat itu tidak bisa berjalan lagi karena kaki juga melepuh.
Saat akan naik tangga pesawat, karena tidak bisa berjalan, seorang portir yang tidak mengetahui penyakitnya, berusaha menolong dengan menggendong Samuel ke kabin pesawat. Gerakan tiba-tiba mengangkat Samuel yang sedang duduk di kursi roda, membuat kulitnya robek tertarik, dan Samuel menjerit keras sekali. Perjalanan yang sangat tidak mudah untuk sebuah harapan kesembuhan.
WALAUPUN TIADA DASAR UNTUK BERHARAP
Tim dokter yang menerima di Surabaya sangat kaget melihat kondisi tubuh Samuel Irwan. Mereka tidak menyangka kondisi Samuel sudah begitu parah sekali.
Sebelumnya mereka pernah menangani pasien yang mengidap sakit SJS ini dengan kondisi hanya sepertiga dari kondisi Samuel. Pasien ini akhirnya meninggal dunia, …. apalagi Samuel?

Saat baju dibuka untuk dirontgen, kulit punggung kembali robek.
Warna yang putih dipunggung adalah daging yang kelihatan akibat kulit tersobek, dan warna merah adalah darah yang keluar.

Detail hasil rontgen: lambung, pankreas, liver, bagian-bagian dalam tubuh, semuanya rusak. Sehingga diperkirakan Samuel hanya bisa bertahan 3 minggu.
Karena sudah menjalani penyakit SJS ini sejak 2 Januari 1998, maka diperkirakan Samuel Irwan hanya bisa bertahan sampai 23 Januari 1998. Sehingga diminta untuk segera menghadirkan istrinya ke Surabaya, membawa anak mereka yang baru berusia 2 bulan.

Seorang dokter kulit lulusan Jerman berkata, kalaupun Samuel bisa sembuh dari penyakit SJS ini, perlu 2 tahun untuk recovery kondisi kulitnya untuk kembali seperti semula.
Dokter mata, yang juga lulusan Jerman berkata, kalaupun sembuh, akan buta selamanya, tidak ada lagi harapan untuk mata Samuel.

Tiada dasar untuk berharap, namun Samuel Irwan tetap berharap kepada Tuhan seperti Abraham dalam kitab Roma,
Sebab sekalipun  tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan, bahwa  Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
(Roma 4:18-21)
“A VIRTUOUS WOMAN’S PRICE IS FAR ABOVE RUBIES”

Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?
Ia lebih berharga dari pada permata.
(Amsal 31:10)

Ayat ini layak ditujukan kepada Erna Tjandra, istri dari Samuel Irwan, yang dengan tekun merawat suaminya. Tidak pernah sekalipun menunjukkan kejijikan kepada suami yang sudah sangat hancur tubuhnya. Dengan kondisi yang sudah sangat berbau busuk dan amis, tidak pernah sekalipun Erna masuk ke ruangan isolasi dengan memakai masker. Tidak pernah sekalipun.
Dengan setia ia merawat borok-borok di tubuh Samuel, menyikat gigi Samuel dengan jari-jarinya, membersihkan kotoran di ranjang, semua dilakukan tanpa mengeluh dan selalu tersenyum.
Semua dilakukan dengan kasih. She showed us an unconditional love.
Tidak terkira impartasi kekuatan yang diberikannya kepada sang suami yang sedang berjuang melawan maut. Erna berkali-kali menguatkan Samuel untuk tetap berharap kepada Tuhan.
PENDERITAAN TAK BERUJUNG ?
Rutinitas pengobatan Samuel setiap hari juga menjadi rutinitas penderitaannya.
Tubuh yang sudah melepuh, gosong, bernanah itu setiap hari harus diberi salep dan diperban.
Esok paginya perban itu harus diganti. Ketika perban dibuka maka kembali kulitnya sobek dan menempel di perban tsb. Sakit sekali, dan harus dijalani selama 1,5 jam dari pukul 9 pagi sampai 10.30 siang. Setiap hari selama 1,5 jam berteriak-teriak kesakitan. Demikian juga ketika seprei akan diganti. Kembali kulit akan tersobek dan lengket di sprei.

Dukungan dari istri dan pihak keluarga Samuel Irwan sangat besar sekali.
Tak henti-hentinya mereka berdoa puasa rantai memohon kemurahan Tuhan untuk menyembuhkan Samuel.

Tapi keadaan Samuel bukannya membaik, malah bertambah parah. Ke 20 kuku di jari-jarinya copot satu persatu, telapak tangan dan kaki menggelembung berisi air, telinga dan hidung melepuh mengeluarkan darah. Berat badan turun dari 68 kg menjadi 43 kg. Sistem reproduksi juga diserang sehingga diperkirakan kalaupun sembuh tidak bisa punya keturunan lagi.
Keadaan Samuel bukannya makin sembuh, malah semakin parah.
BERNAZAR LAGI
Samuel kembali berkata, “Tuhan ampuni saya, … kalau saya sembuh, saya akan kembali melayani Engkau sepenuh waktu. Saya akan tinggalkan pekerjaan saya, saya akan bayar nazar saya. Terimalah tubuhku yang sudah busuk ini. Ampuni saya Tuhan….”

Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur;
hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina,
ya Allah.
(Mazmur 51:19)

Kalimat di atas dengan tulus dan hancur hati diucapkan seseorang yang pernah berbuat kesalahan dan kemudian kembali kepada Tuhan. Dialah Daud. Sejarah mencatat Tuhan memulihkan Daud.
Bagaimana dengan Samuel Irwan?
GOD IS STILL DOING MIRACLE BUSINESS
Banyak orang yang undur imannya saat doa-doanya belum dijawab oleh Tuhan. Tidak percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan, Tuhan sanggup menjawab doa.
Tidak demikian dengan Samuel Irwan, beserta seluruh keluarganya. Juga orang-orang yang setia mendoakannya. Mereka begitu percaya kepada Tuhan dan belas kasihanNya,

Tanggal 23 Januari 1998, tanggal dimana Samuel diperkirakan akan meninggal dunia, justru menjadi titik balik dalam proses kesembuhannya.
Perawat yang seperti biasa tiap pagi merawat kulit Samuel, dikagetkan melihat kulit Samuel mulai mengering dan sembuh.
Kekagetan itu bertambah dengan pertanyaan Samuel, “Suster…., saya ini dirumah sakit Adi Husada Kapasari Surabaya ya ?” Dengan terheran-heran, suster balik bertanya, “Loh….kok bapak tau?”. Lalu Samuel menunjuk dengan jarinya sebuah tulisan berwarna merah yang tertera di sprei kasurnya sambil berkata, ”Ini ada tulisannya”. Suster gembira sekali sambil berlari keluar memanggil dokter mata.

Semua tim dokter yang menangai penyakit SJS ini heran sekali atas apa yang dialami Samuel.
Mata bisa sembuh tanpa operasi. Bagian dalam tubuh seperti ginjal, liver, lambung, dll semua sembuh dan normal kemnali. 2 hari kemudian Samuel sudah bisa berjalan kembali, dan proses recovery berjalan dengan cepat. Tidak perlu menunggu sampai 2 tahun untuk kulit Samuel menjadi normal kembali, dan … sembuh tanpa operasi plastik (!!!)
Penyakit SJS terparah yang pernah ditangani di RS tsb, sembuh total
(bahkan kini Samuel Irwan sudah dikaruniai lagi anak perempuan ke 2, tanggal 31 Mei 1999, hanya setahun sesudah mengalami kesembuhan).
Tuhan Yesus memang luar biasa. DAHSYAT !!!
MENETESKAN ‘TEAR DROPS’. EVERY 15 MINUTES !
Kulit Samuel Irwan menjadi normal kembali. Tidak ada bercak atau tanda sedikitpun yang menyiratkan bahwa ia pernah disiksa oleh penyakit kulit ganas tsb. Kecuali matanya.
Kalaupun dipaksakan untuk mengeluarkan air mata, maka otot kelopak mata atas dan bawah seperti diperas dan terasa sakit sekali. Sehingga mau tidak mau, Samuel harus menggunakan tetes air mata buatan.
Saat berkotbah tiap 15 menit sekali Samuel Irwan meneteskan air mata buatan agar matanya tidak kering dan lengket, tapi semua itu tidak menyurutkan semangatnya melayani Tuhan.
Obat tetes mata yang digunakan saat ini adalah buatan USA “Refresh Liquidgel” berharga $24 per botol, dan habis digunakan dalam 3 hari saja. Belum lagi karena obat ini harus dipesan dari Singapore, maka total biaya untuk pengganti air mata yang harus disediakan perbulan adalah sebesar
Rp 3.000.000,-.
BETAPA MAHALNYA TETESAN AIR MATA !!!
Tidak sedikit uang yang sudah dihabiskan untuk pengobatan mata dan pengadaan air mata buatan.
Selama 12 tahun tidak punya air mata (tahun 1998-2010), biaya yang dihabiskan sudah sekitar 1,6 Milyar.
Hanya untuk air mata !!!
Itu sebabnya di awal tulisan ini saya berkata, berbahagialah kalau masih bisa menangis.
Pertama, tingkatan stress bisa diturunkan saat menangis, sehingga kita tidak menjadi depresi. Kedua,tidak perlu bayar M-M an untuk air mata.

Jarak pandang yang hanya sekitar 1 meter, membuat Samuel Irwan harus membawa keker (binocular)saat berada di bandara supaya tidak salah memilih gate dan dan membaca no pesawat.

Ada kesaksian yang luar biasa saat Samuel Irwan sedang berada di Changi, Singapura, sedang transit menunggu pesawat ke Jepang dan Amerika.
Seorang polisi India menegur dengan keras mengira Samuel sedang memakai kamera. Dengan tegas ia menegur, “No camera in this airport, sir!”.
Samuel menjelaskan bahwa itu binocular untuk menolong membaca karena matanya tidak bisa membaca jarak jauh.
Singkat cerita, Samuel berusaha meyakinkan polisi India tsb dan memperlihatkan bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkannya dari penyakit SJS, sambil menunjukkan foto-foto diri saat menderita SJS yang ada dimobile phone nya. Samuel berkata, “Tuhan menyuruh saya ke Jepang dan Amerika untuk memberitakan kebaikanNya. Apakah Bapak bisa menolong saya menunjukkan meja yang harus saya datangi untuk check-in?”

Apa yang terjadi? Polisi itu menangis.
Ia berkata, “Sebelum saya menolong Anda, Anda harus tolong saya.”
Ternyata sehari sebelumnya polisi ini bertengkar hebat dengan istrinya dan istrinya minta cerai. Anak mereka juga jadi anak berandalan, tidak bisa dikendalikan. Sebuah rumah tangga yang sangat berantakan.
Ia berkata bahwa banyak orang yang menceritakan Yesus sanggup mendamaikan keluarganya, tapi ia pikir semua itu omong kosong.
Dan sambil menyentuh tangan Samuel Irwan, polisi itu berkata, “Ini kulit baru, sungguh ini bukti nyata.” Saat itu juga ia minta dibimbing untuk terima Tuhan Yesus.
Sesudahnya, saat mengantar Samuel Irwan boarding ia berkata, “I never feel peace like this, … thank you.”
Di kursi pesawat, Samuel Irwan merenung…., “Tuhan….kalau memang mata ini bisa membuat orang yang suka mengeluh menjadi bisa bersyukur, bisa membuat orang berdosa diselamatkan…., mata saya tidak disembuhkan tidak apa-apa Tuhan…, karena saya bersyukur mata ini bisa memuliakan Tuhan….”
MENCERITAKAN KEBAIKAN TUHAN
Melalui semua yang dialaminya, Pdt Samuel Irwan sudah pergi ke berbagai tempat di Indonesia, bahkan melayani sampai ke bangsa-bangsa untuk menceritakan kebaikan Tuhan.
Keterbatasan fisik tidak mampu mengurangi semangatnya yang rindu melayani Tuhan dan memberitakan kepada uamatNya bahwa Tuhan itu baik dan kuasaNya maha dahsyat.

Banyak orang yang dijamah Tuhan dan disembuhkan, bukan hanya orang yang sakit secara fisik, tetapi juga orang yang sehat tapi sudah jauh dari Tuhan. Merasakan kembali kasih Tuhan dan mengambil keputusan untuk kembali kepada Tuhan.
“DALAM KELEMAHANKU, KEKUATANNYA DINYATAKAN”
Pernah suatu ketika obat tetes mata sudah habis, sementara pesanan dari Singapura terlambat datang. Ketika botol itu kosong, terjadi mujizat. Setiap kali diteteskan ke mata, obat tsb masih menetes, walaupun kalau botolnya digoncang tidak ada bunyi apa-apa karena memang sudah kosong.
Botol kosong itu terus meneteskan air mata buatan setiap kali digunakan, sampai pesanan obat baru dari Singapura datang. Ketika kembali diteteskan, botol kosong tsb tidak mengalirkan apa-apa lagi, karena penggantinya sudah datang.


Jarak pandang yang hanya 1 meter tidak memupuskan semangat Samuel Irwan untuk belajar lagi dan menyelesaikan pendidikan S1 Theologia di STT Duta Panisal Jember. Walaupun saat kuliah harus membawa alat bantu seperti binocular dan kaca pembesar agar bisa membaca lebih jelas.
Kegigihannya dan semangat pantang menyerah juga dibuktikan dengan melanjutkan sampai study Magister dibidang Biblical Strata 2, dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Masih belum cukup, seakan berpacu dengan waktu, Samuel Irwan meneruskan study penggembalaan dan penginjilan di Haggai Institute Hawaii USA.
Semua dilakukan dalam segala kelemahan yang dimilikinya. Tapi kekuatan Tuhan yang menopangnya, membuat Samuel Irwan mampu melalui semuanya dengan baik.
GOD IS GOOD. ALL THE TIME.
Berbeda-beda interpretasi orang yang mendengarkan kesaksian bapak Pdt Samuel Irwan Santoso,S.Th,MA, yang sejak tahun 2006 hingga sekarang menggembalakan jemaat di GBI Bontang, Kalimantan Timur.
Tapi yang tertanam di hati saya, adalah :

TUHAN ITU BAIK
Bahkan ketika beliau diijinkan mengidap penyakit SJS, di mata saya itu bukanlah penghukuman karena suatu kesalahan. Tapi cara Tuhan untuk membawa beliau kembali kepada panggilanNya.
Karena besar kemuliaanNya yang akan Dia tunjukkan kepada kita semua melalui pelayanan beliau.

TUHAN ITU BAIK
Tuhan tidak pernah meninggalkan beliau, bahkan saat berjalan dalam lembah bayang-bayang maut.
Terbukti dari biaya pesawat dan pengobatan ke Surabaya, (saat itu harga-harga obat melambung tinggi karena krisis moneter), semuanya ditanggung seorang pengusaha di Samarinda, yang bukanlah orang percaya, tapi digerakkan hatinya oleh Tuhan untuk memikul beban itu.
Juga biaya air mata buatan yang tidak sedikit selama 12 tahun ini, (Milyar….bo’) yang tidak mungkin sanggup dibeli oleh beliau, semua disediakan Tuhan melalui orang yang berbeda-beda yang digerakkan hatinya oleh Tuhan.

TUHAN ITU BAIK
Kalau teman-teman dan saya diijinkan untuk mendengar atau membaca kesaksian ini, pasti karena Tuhan ingin kita lebih bersyukur lagi menjalani hari-hari yang tidak semakin baik ini.
Kalau sedang menangis di hari-hari ini, bersyukurlah, karena semua air mata kita itu gratis dari Tuhan. Bayangkan kalau kita harus bayar Rp 3 juta per bulan hanya untuk air mata?
Dan sekalipun saat ini kita sedang menangis, Tuhan ingin kita semua tahu, bahwa Ia tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya.
Melewati lembah bayang-bayang maut sekalipun, kita tidak takut bahaya, karena Tuhan menyertai kita.

Apakah kamu sudah memilih?

Shalom,
Saudara-saudara sekalian dalam hidup ini kita dihadapkan dengan 2 pilihan. Ingin selamat ataukah tidak. Ingin masuk sorga atau masuk neraka. Pilihlah selama masih ada waktu untuk memilih.

Pilihan pertama:
Jika ingin selamat, pertama, percayalah dan terimalah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat masing-masing pribadi (Yohanes 14:6). Kedua, tinggalkanlah kehidupan  lama kalian yang penuh hal-hal kedagingan, dan lahirlah baru dalam Tuhan Yesus Kristus. Ketiga, ketika sudah lahir baru, hiduplah dengan pimpinan Roh dan jagalah kekudusan tubuh(1 Korintus 3:16 ; 1 Korintus 6:19-20) masing-masing orang (1 Petrus 1:16). Keempat, peliharalah dan tumbuhkanlah iman (bila perlu hingga iman itu menghasilkan buah). Keenam, lakukanlah kehendak Bapa di sorga (Matius 7:21). Ketujuh, berjaga-jagalah dan berdoalah (Matius 25:13 ; Matius 26:41 ; Lukas 21:34-38).

Pilihan kedua:
Jika tidak ingin selamat, berarti kalian bebas melakukan apapun yang kalian ingin lakukan dan kalian juga sudah siap untuk menghadapi murka Allah tanpa campuran (LAUTAN API). Ketahuilah saudara-saudaraku, Lautan Api dicipatakan oleh ALLAH BAPA bukan untuk KITA, melainkan untuk setan dan pengikut-pengikutnya (Lucifer dan 1/3 malaikat yang berkhianat). Tetapi karena kedegilan hati manusia dan penyesat-penyesat yang ada, maka ada manusia yang secara sadar atau tidak sadar melakukan perjanjian dengan Lucifer. Tahukah saudara-saudaraku, ketika kita "meminjam sesuatu" (Galatia 5:19-21) milik setan, kita secara langsung menjadi milik setan. Dan ketika orang tersebut mati, maka roh orang tersebut kembali kepada Allah, jiwa orang tersebut turun ke kerajaan maut (Roma 6:23), dan tubuh orang tersebut kembali menjadi debu. Kerajaan maut bukanlah dalam kuasa Allah, tetapi dalam kuasa setan, jadi ketika ada orang yang masuk ke dalam kerajaan maut, Tuhan Yesus tidak dapat menolong lagi, di kerajaan maut ini semua jiwa orang tidak benar dipermainkan oleh iblis (sesuai dengan dosa yang dilakukan oleh orang itu) sampai hari Penghakiman Terakhir. Ketika hari Penghakiman Terakhir (Wahyu 20:11-15) maka maut dan kerajaan maut dilemparkan ke dalam LAUTAN API, juga orang-orang yang tidak terdapat namanya dalam kitab kehidupan. Jadi, kesimpulannya, orang-orang yang tidak hidup dalam Kristus, ketika dia mati sebelum kedatangan Tuhan Yesus, ia akan disiksa oleh iblis dan antek-anteknya dan kemudian ketika hari Penghakiman, orang-orang tersebut akan dilemparkan bersama dengan lucifer dan antek-anteknya ke dalam Lautan Api.



Saudara-saudaraku, pilihlah pilihan yang terbaik dan pilihlah sedini mungkin, selama masih ada waktu untuk memilih. Kita tidak dapat mengatakan "nanti saja baru memilih", karena kita tidak tahu kapan waktunya akan berakhir, dan ketika waktunya sudah berakhir, kita tidak dapat memilih lagi.
Ketika kita tidak memilih, kita sudah membuat suatu keputusan untuk tidak diangkat. Hal ini sama seperti beberapa teman kita mengajak kita ke pantai dan kita tidak menentukan pada saat itu juga maka kita akan ditinggalkan.

Saudara-saudara lihatlah, Yesus telah berdiri di depan pintu hatimu dan mengetok. Bukalah pintu bagi-Nya dan undanglah Yesus masuk ke dalam hatimu dan bertahta di dalamny(Wahyu 3:20).

Saudara-saudara tidakkah kalian sadar bahwa : ALLAH BAPA sangat menyayangi kita, hal itu tertulis dengan jelas dalam kitab Yohanes 3:16 yang berbunyi demikian: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Bukan hanya ALLAH BAPA yang menyayangi kita, Yesus Kristus juga menyayangi kita. Tidakkah kalian ketahui, Tuhan Yesus rela mati di kayu salib demi menebus kita menjadi kepunyaan ALLAH? Jika tidak, Tuhan Yesus dapat saja menyuruh para malaikat untuk menurunkannya dari kayu salib, tapi dengan begitu kita masih menjadi hamba dosa. Tapi, Ia tidak mau melakukannya, karena Ia begitu mengasihi kita. Tidakkah kalian ketahui juga, ketika Tuhan Yesus naik ke surga, ia memercikkan darah-Nya yang kudus itu ke semua buku yang memuat kejahatan kita, kegagalan dan kesalahan kita. Yesus juga telah memperdamaikan manusia dengan ALLAH, dan manusia dengan manusia melalui Darah-Nya yang kudus dan berharga itu.
Jika kita berdosa, akuilah semua dosa-dosa kita dan mintalah pengampunan-Nya, maka Tuhan Yesus akan mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan kita (1 Yohanes 1:9).

Jadi, saudara-saudara, apakah kalian masih membiarkan Tuhan Yesus menunggu di depan pintu? Bukalah pintu dan persilahkanlah Tuhan Yesus masuk.

Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penuturan.

Shalom,
Tuhan Yesus memberkati kita semua.